Tayangan Ramadhan di TV Minim Nilai Religius

Tayangan Ramadhan di TV Minim Nilai Religius

Menteri Agama Suryadharma Ali mengeritik tayangan televisi sebelum berbuka dan saat sahur. Menurutnya, sebagian tayangan komedi nyaris miskin syiar Islam. Padahal, sudah sewajarnya momentum bulan suci Ramadhan diisi dengan tayangan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat.

“Ini enggak, syiarnya hanya kebagian di akhir, itu pun sedikit sekali,” katanya di Jakarta, Selasa (8/8). Menurutnya, tidak masalah tayangan komedi dibuat karena memang masyarakat  membutuhkan hiburan. Yang perlu diingat, ungkap dia, jadikan tayangan komedi sebagai medium syiar Islam.

"Dengan demikian, umat dapat memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni manfaat jasmani dan rohani," jelasnya.

Suryadharma pun mengimbau kepada seluruh pihak untuk menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang kondusif untuk beribadah. Untuk itu, perlu didukung dengan tayangan berkualitas dan sesuai kondisi.

Ke depan, Menteri mengatakan, Puslitbang Kementerian Agama tengah menggodok solusi menyangkut tayangan televisi di bulan Ramadhan yang akan disampaikan kepada pihak terkait. Solusi ini diharapkan akan menguntungkan semua pihak.

Minim Nilai Religius


Ulama Sumatara Barat Prof Syamsul Bahri Khatib menilai, tayangan televisi saat Ramadhan, terutama program sahur dan berbuka, minim nilai religius.

“Tayangan TV saat sahur dan berbuka lebih banyak menampilkan program komedi yang minim nilai religius dan jauh dari nilai-nilai Ramadhan,” katanya, Senin (8/8).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar ini menambahkan, tayangan waktu sahur dan berbuka, terutama acara komedi, hanya menawarkan hiburan terhadap otak, tetapi tidak memberikan pencerahan bagi jiwa dan mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan Allah.

“Hal itu juga bertentangan dengan nilai-nilai Ramadhan di mana seharusnya lebih banyak ditayangkan program yang membuat penonton semakin dekat kepada Allah,” paparnya.

Dalam menampilkan program Ramadhan, seharusnya stasiun televisi jangan hanya mengejar rating semata. Program yang ditampilkan harus memberikan nilai-nilai baik serta pencerahan bagi masyarakat dan menjadikan mereka semakin menghayati nilai-nilai Ramadhan.

Dikatakannya, fenomena yang terjadi saat ini, penyelenggara TV berusaha mengemas acara yang menarik agar banyak ditonton masyarakat. Jika acara yang ditayangkan mendapat rating tinggi, akan menunjang keberlangsungan stasiun televisi tersebut.

“Namun, jangan sampai karena mengejar rating, nilai-nilai dan pesan Ramadhan yang hendak disampaikan menjadi bias,” kata dosen IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Menurut Syamsul, perlu adanya program yang memberikan pencerahan bagi kaum Muslimin yang sarat nilai-nilai spiritual, seperti ceramah, tadarus, dan program yang menambah wawasan keislaman.

Kepada pengelola TV, ia mengimbau agar lebih banyak menampilkan tayangan bernilai edukatif dan religius sehingga dapat menghibur akal dan jiwa serta memberikan pencerahan.

Sayamsul juga berpesan kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih acara televisi saat Ramadhan. “Tontonlah acara yang memiliki nilai kebaikan dan meningkatkan ilmu serta pemahaman terhadap agama.” (Republika/Antara).*

0 Comments